Rabu, 09 Oktober 2013

Filled Under: , ,

Membangkitkan Kembali Kegemilangan Sains Dan Teknologi Dunia Islam


Setelah zaman puncak ini pengembangan sains Umat Islam mulai menurun hingga akhirnya terhenti pada abad XV. Selama empat abad peradaban di genggaman Umat Islam. Mereka adalah pakar kimia, matematika, logika, kedokteran, fisika, geografi, dan astronomi, dan lain-lain. Orang-orang Eropa banyak datang ke Universitas-universitas Islam diantaranya di Cordoba dan di Toledo (di Spanyol) untuk belajar dan kemudian menyalin buku-buku karya Ilmuwan Muslim. 

Science Islam


Sehubungan dengan ini Prof. Fuat Sezgin dari Universitas Frankfurt, yang menulils buku Geschichte des arabischen schriffturms (20 jilid) menemukan bahwa tidak sedikit karya Ilmuwan Muslim yang dibajak dengan jalan menyalinnya dalam bahasa latin dan kemudian dibubuhi nama penyalin itu sendiri sebagai ganti nama penulis aslinya.

Penyebab lain pudarnya kegemilangan sains dunia Islam adalah karena madrasah-madrasah teologi mengesampingkan seluruh ilmu kealaman dari kurikulum mereka kecuali astronomi dan matematika. 

Sikap ini mengakibatkan kemunduran Islam dalam penguasaan sains, antara lain : Pertama, Orang-orang Islam menghentikan kegiatan-kegiatan menyingkap hukum-hukum alam yang tersembunyi dan menemukan cara-cara mengeksploitasi kekayaan dan sumber-sumbernya sebagaimana dilakukan oleh orang-orang Eropa. Kedua, Orang Islam yang menuntut ilmu-ilmu empiris kebanyakan terasing dari ilmu-ilmu agama. 

Ketiga, Penghapusan studi ilmu-ilmu kealaman dari kurikulum madrasah-madrasah agama dan kurangnya hubungan dengan sumber-sumber ilmu modern menyebabkan munculnya dua kelompok aliran intelektual, sebagian kaum muslim di bawah kemajuan iptek Barat dan tanpa pengetahuan akan keterbatasan ilmu-ilmu empiris dan mencoba menginterpretasikan Al-Quran dan hadis sesuai dengan pengetahuan empiris mereka. 

Dan sebagian lain sarjana agama menganggap teori-teori ilmiah bertentangan dengan doktrin-doktrin Islam dan menunjukkan serangannya terhadap sains. Mengapa perjalanan sains di dunia Islam seolah-olah mendadak berhenti? Menjawab pertanyaan ini tidaklah sesederhana melontarkannya. 

Secara umum, faktor-faktor penyebab kematian sains di dunia Islam dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu internal dan eksternal. Menurut Profesor Sabra (Harvard) dan David King (Frankfurt) (Syamsuddin Arif, 2008) mengemukakan bahwa kemunduran itu dikarenakan pada masa berikutnya, kegiatan saintifik lebih diarahkan untuk memenuhi kebutuhan praktis agama.

Mehdi Golshani (Mizan, 2003) memberikan beberapa alternative upaya untuk membangkitkan kembali kegemilangan sains dan teknologi dunia Islam, antara lain : 

(1) Sebagaimana para ilmuwan abad keemasan Islam, umat Islam harus mempelajari seluruh ilmu yang berguna dari orang lain. 

(2) Membangun kembali bentuk gabungan yang ad di antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu kealaman, karena titik akhir antara agama dan ilmu-ilmu kealaman tidak ada konflik. 

(3)Negara-negara muslim perlu mengambil langkah-langkah untuk melatih para spesialis di dalam segala bidang keilmuan dan industri yang penting. 

(4)Penyelidikan ilmiah harus dipikirkan sebagai sebuah pencarian penting dan mendasar, dan bukanlah pencarian yang sekedarnya.

(5) Harus ada kerja sama antarnegara muslim dalam masalah riset tenologi dan keilmuan.


Tradisi berfikir ilmiah, realistis sekaligus idealis, namun tidak ‘jauh’ dari wahyu tentu saja perlu untuk menjadi modal dasar bagi perkembangan intelektualitas ummat selanjutnya. Gambaran tokoh-tokoh di atas yang dalam kurun dua dasawarsa telah menyumbangkan sebuah ‘kegemilangan sains dan teknologi Islam’ semoga mampu menjadi inspirator dan motivator bagi generasi muslim sekarang. 

Mungkinkah upaya ini masih banyak dibaca oleh generasi selanjutnya dan bisa menjadi dasar untuk bangkitnya ilmuan Islam selanjutnya? Semoga!!

Oleh : yusuf hasyim

0 komentar:

Posting Komentar